'/> Penjelasan Perubahan Dan Pergeseran Makna Kata Dalam Bahasa Indonesia Tertidak Ada Yang Kurang

Info Populer 2022

Penjelasan Perubahan Dan Pergeseran Makna Kata Dalam Bahasa Indonesia Tertidak Ada Yang Kurang

Penjelasan Perubahan Dan Pergeseran Makna Kata Dalam Bahasa Indonesia Tertidak Ada Yang Kurang
Penjelasan Perubahan Dan Pergeseran Makna Kata Dalam Bahasa Indonesia Tertidak Ada Yang Kurang
Penjelasan Perubahan dan Pergeseran Makna Kata dalam Bahasa Indonesia Terkomplit Penjelasan Perubahan dan Pergeseran Makna Kata dalam Bahasa Indonesia Tertidak ada yang kurang

Penjelasan Perubahan dan Pergeseran Makna Kata dalam Bahasa Indonesia Terkomplit - Pergeseran arti atau perubahan arti sanggup terjadi dalam bahasa Indonesia alasannya ialah banyak hal. Perkembangan zaman menjadi salah satu faktor penyebab pergeseran arti ini. Selain itu faktor kebetulan, tabu dan polisemi juga menjadi faktor penyebab terjadinya pergesaran arti. Untuk itu mari kita simak misalnya diberikut ini.

Faktor Penyebab Pergeseran dan Perubahan Makna

1. Faktor Perkembangan Zaman

Perkembangan zaman sangatlah besar lengan berkuasa dalam pergeseran arti alasannya ialah semakin berkembangnya zaman maka semakin maju pula peradaban insan sehingga perkembangan bahasa juga semakin maju pula.

Contoh:
Dahulu: Jawara = yang kuat, yang paling hebat
Sekarang: Jawara = Orang yang menjuarai kompetisi, perlombaan dan sebagainya.

2. Faktor Kebetulan
Suatu kata juga sanggup mengalami perubahan arti apabila arti dari kata tersebut ambigu atau samar sehingga kalau disandingkan dengan kata lainnya akan mengalami pergeseran arti.

Contoh:
Tulang "Rawan" = Rawan berarti membuktikan bahwa tulang tersebut rapuh atau simpel patah dsb.
"Rawan" Kecelakaan = Rawan artinya imbauan atau sering kali terjadi.

3. Faktor Tabu
Kata yang mempunyai arti tabu di dalamnya sangat simpel mengalami pergeseran arti alasannya ialah tidak sesuai dan kurang yummy diucapkan.

Contoh:
Jamban = Tempat membuang air besar (Tabu)
Toilet = Tempat membuang air besar (Tidak tabu)

4. Faktor Polisemy
Suatu kata sanggup mengalami perubahan arti alasannya ialah kata itu sendiri. Kata yang mempunyai arti ganda sangat simpel mengalami pergeseran arti.

Contoh:
Bisa = racun ular
Bisa = Dapat, mampu, dsb.

Macam-macam Jenis Pergeseran Makna dalam Bahasa Indonesia

Pergeseran arti dalam kata sanggup dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain generalisasi, spesialisasi, ameleorasi, peyorasi, anestesia, dan asosiasi. Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Generalisasi (Perluasan Makna)
Kata yang mempunyai arti generalisasi akan mengalami ekspansi arti dari kata sebelumnya. Perluasan arti berarti yang tiruanla kata tersebut hanya mempunyai satu arti tetapi ketika ini mempunyai ekspansi arti. Simak misalnya di bawah ini.

"Kepala"
Saya sakit kepala tadi pagi, sehingga saya menelpon pak kepala kantor biar saya mendapat izin berobat.

"Tangan"
Tangan ayah saya sedang terkilir, maka dari itu ia menyuruh tangan kanannya untuk menjemputku.

"Mata"
Penjahat itu terluka dibagian matanya alasannya ialah tertembak oleh polisi kadab ia menjadi mata-mata.

Pada kalimat diatas sanggup dilihat bahwa kata-kata tersebut mengalami ekspansi arti yang tadinya hanya mempunyai satu arti tertapi sehabis mengalami pergeseran arti, kata tersebut mempunyai arti lain.

2. Spesialisasi (Penyempitan Makna)
Kebalikan dari generalisasi, spesialisasi ialah pergeseran arti yang menciptakan suatu kata mempunyai arti yang ludang keringh khusus dari sebelumnya. Simak misalnya di bawah ini.

"Pembantu"
Dahulu arti pembantu ialah orang yang membantu meringankan pekerjaan orang lain. Namun kini arti pembantu sanggup diartikan sebagai orang yang dibayar untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

"Sarjana"
Dahulu kata sarjana biasa dipakai untuk memdiberikan sebutan bagi orang-orang yang diskor cerdas. Namun ketika ini kata sarjana hanya dipakai untuk orang yang telah menempuh pendidikan sarjana di sekolah tinggi.

"Guru"
Kata guru lampau dipakai untuk menjuluki orang yang memdiberikan ilmu, kemampuan dan hal yang berkhasiat. Namun ketika ini kata guru hanya dipakai untuk orang yang mengajar disekolahan.

3. Ameleorasi (Perbaikan Makna Kata)
Kata yang mengalami ameleorasi mengalami pergeseran arti dari yang tadinya mempunyai arti yang jelek tetapi kini sudah berubah membaik atau menjadi ludang keringh sopan dan tak tabu didengar dan diucapkan.

"Buta" menjelma "Tuna netra"
"kencing" menjelma "Buang air kecil"
"Jamban" menjelma "Toilet"
"Gelandangan" menjelma "Tunawisma"
"Bisu" menjelma "Tuna wicara"
"Tuli" menjelma "Tuna rungu"
"Babu atau budak" menjelma "Pembantu"

4. Peyorasi (Perburukan Makna Kata)
Kata yang mengalami peyorasi artinya yang lampau sopan, baik dan yummy di dengar tetapi ketika ini mengalami ketabuan kadab diucapkan dan didengar.

"Bayi" menjelma "Orok"
"Pramuniaga" menjelma "Pelayan toko"
"Koruptor" menjelma "Tikus kantor"
"Istri" menjelma "Bini"

5. Sinestesia (Pertukaran Makna Kata)
Kata yang mengalami sinestesia otomatis akan mengalami pertukaran arti dalam konteks panca indera. Misalnya, kata yang tadinya harus diterima oleh panca pendengaran tetapi sehabis mengalami sinestesia akan diterima oleh penciuman ataupun peraba.

"Enak"
Kata yummy seharusnya hanya sanggup dirasakan dengan panca indera perasa tetapi sehabis mengalami sinestesia maka arti hanya sanggup diterima oleh indera pendengaran. Simak referensi kalimat diberikut ini.

"Makanan khas Jepang yang berjulukan Sushi itu sangat yummy sekali."
Sinestesia: Suara Andi sangat yummy sekali di dengar seolah-olah sedang mendengarkan bunyi Virzha.

"Lembut"
Kata lembuat pada awalnya hanya sanggup diterima oleh indera peraba tetapi sehabis mengalami sinestesia kata lembut juga hanya sanggup diterima dengan indera perasa dan pendengaran. Simak referensi kalimat di bawah ini.

"Kulitku kini jadi terasa sangat lembut sehabis memakai krim yang kamu sarankan"
Sinestesia: Daging sapi di restoran itu mempunyai tekstur yang sangat lembut kadab dimakan.

"Manis"
Kata manis tadinya hanya sanggup diterima oleh indera perasa namun sehabis mengalami sinestesia kata manis juga sanggup diterima oleh indera penglihatan.

"Manis sekali permen yang kamu makan itu."
Sinestesia: Siapa gadis anggun itu? Wajahnya sangat manis sekali menciptakan saya terkesima.

6. Asosiasi (Persamaan Makna Kata)
Kata yang mengalami perubahan arti asosiasi maka akan mengalami ekspansi arti alasannya ialah persamaan sifat dengan arti lain. 

"Kursi"
Kata dingklik sebelum mengalami pergeseran arti asosiasi hanya akan berarti daerah duduk tetapi sehabis mengalami asosiasi maka artinya sanggup menjelma tahta kekuasaan atau jabatan dan sebagainya. Simak misalnya diberikut ini.

"Kursi yang saya duduki ini ternyata sudah lapuk."
Asosiasi: Para anggota dewan perwakilan rakyat sedang berebut dingklik pimpinan dewan perwakilan rakyat telah lengser.

"Parasit"
Mulanya benalu ialah dipakai untuk menyebut flora yang tumbuh di pohon dan mengambil makanan dari pohon tersebut tanpa mempunyai timbal balik. Namun sehabis mengalami asosiasi, arti benalu sanggup berubah untuk menyebut orang yang mempunyai sifat sama menyerupai benalu yaitu merugikan. Simak referensi kalimatnya diberikut.

"Ada benalu tumbuh di pohon jambu depan rumahku."
Asosiasi: Wanita itu ialah benalu alasannya ialah ia selalu merugikan pacarnya dengan cara selalu meminta uang pada pacarnya.

Kesimpulannya, pergeseran atau perubahan arti kata sanggup dipengaruhi oleh banyak sekali hal antara lain faktor kebetulan, faktor perkembangan zaman, faktor tabu, dan faktor polisemi. Sedangkan jenis dari pergeseran arti dibedakan menjadi 6 yaitu generalisasi atau ekspansi arti, spesialisasi atau penyempitan arti, ameleorasi atau perbaikan arti kata, peyorasi atau perburukan arti kata, sinestesia atau pertukaran arti kata dan asosiasi atau persamaan arti kata.

Semua materi perihal perubahan atau pergeseran arti kata dalam Bahasa Indonesia telah admin jelaskan secara rinci kepada sahabat tiruana. Semoga artikel ini sanggup berguna untuk sahabat tiruana dan hingga jumpa pada materi yang ludang keringh menarik lainnya.
Advertisement

Iklan Sidebar